“Pendampingan Petani Karitas Kabupaten Sikka : Pertumbuhan Jagung Stabil, Namun Hama Masih Mengancam”

Pengawasan Bhabinkamtibmas di lahan jagung Kelompok Tani Karitas menemukan bahwa tanaman berusia 62 hari dengan pertumbuhan sebagian normal, namun sekitar 50% masih terdampak hama ulat. Pemupukan berjalan sesuai tahapan, tetapi kelompok tani terkendala tidak adanya obat hama dan hanya mengandalkan curah hujan untuk mengurangi serangan. Pendampingan Polri terus dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah Sikka.

“Pendampingan Petani Karitas Kabupaten Sikka : Pertumbuhan Jagung Stabil, Namun Hama Masih Mengancam”
“Monitoring Pertanian Runut: Separuh Tanaman Jagung Terdampak Hama, Polres Sikka Polda NTT Perkuat Pendampingan”

Tribratanewssikka.com - Maumere, 3 November 2025 – Bhabinkamtibmas Desa Runut/Desa Sentuhan Polsek Waigete Polres Sikka Polda NTT, Aipda Hendra P.A. Rejab, melakukan pengecekan dan pengawasan langsung terhadap perkembangan tanaman jagung milik Kelompok Tani Karitas di Perkebunan Misi Patiahu, Seminari Tinggi Ledalero, Dusun Lodong, Desa Runut, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, pada Selasa (2/11) pukul 16.00 WITA.

Kegiatan pengawasan ini merupakan bagian dari dukungan Polri terhadap program ketahanan pangan serta pendampingan Bhabinkamtibmas kepada para petani dalam memaksimalkan hasil tanam jagung.

Dalam pengecekan tersebut, diketahui bahwa proses pemupukan telah dilakukan sesuai tahapan. Pemupukan pertama diberikan saat jagung berusia 20 hari, sementara pemupukan kedua direncanakan pada usia 60–70 hari ketika tongkol mulai tumbuh.

 

Jenis pupuk yang digunakan merupakan campuran UREA dan NPK yang ditaburkan secara manual ke setiap tanaman. Untuk lahan seluas 10 hektare, kebutuhan pupuk mencapai 5.000–6.000 kg (5–6 ton).

 

Dari hasil monitoring, Aipda Hendra menemukan bahwa usia tanaman jagung saat ini mencapai 62 hari dengan tinggi rata-rata 70–80 cm. Sebagian tanaman tumbuh normal dan sehat, namun sebagian lainnya mengalami kerusakan akibat serangan hama ulat yang menyerang pucuk jagung.

 

Tingkat serangan diperkirakan mencapai sekitar 50%, meski intensitasnya mulai menurun akibat curah hujan yang sering turun beberapa hari terakhir.

 

Ketua Kelompok Tani Karitas, Alfonsius Doras, bersama para anggota menjelaskan bahwa mereka saat ini tidak lagi menggunakan obat penyemprot hama. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, kelompok tani mengandalkan curah hujan sebagai faktor alami yang mampu menekan populasi hama ulat.

 

Bhabinkamtibmas menekankan bahwa pengawasan tanaman harus dilakukan secara berkala, terutama dalam fase pertumbuhan menuju pembentukan tongkol. 

 

Pendampingan ini diharapkan dapat membantu petani mengambil langkah cepat ketika terjadi serangan hama maupun gangguan lain yang dapat menurunkan hasil panen. [Cm24]