Polres Sikka Gandeng Kaum Muda Menjaring Aspirasi Terkait Peredaran Minuman Beralkohol Tradisional ( Moke ) Di Sikka
Tribratanewssikka-Maumere
16-11-2025,
Sikka,NTT – Polres Sikka terus berupaya menangani persoalan peredaran minuman beralkohol lokal (moke) dengan pendekatan yang lebih humanis. Kapolres Sikka, AKBP BAMBANG SUPENO,S.I.K melalui jajaran Humas Polres Polres Sikka, setelah melakukan penggalangan dan sosialisasi dengan para tokoh masyrakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan stakehokder yang ada di Kab.Sikka beberapa waktu lalu.

kali ini Pihak Polres Sikka melalui jajaran Humas Polres Sikka menggali aspirasi bersama Ikatan Milineal Asal Ngada yang tergabung dalam wadah (IMADA) Ikatan Mileneal Asal Ngada yang berada di Maumere. Agenda ini berlangsung pada hari Sabtu tanggal 15 November 2025 sekitar pukul 18.00 wita, di Kel Madawat, Kec.Alok, Kab.Sikka.

Kaum Milenial asal Ngada yang tergabung dalam wadah organisasi lokal yang diberi nama IMADA. Ikatan Milenial asal Kab Ngada ini adalah wadah yang menghimpun para Pelajar dan Mahasiswa serta kaum muda asal Kab.Ngada yang tingggal dan berdomisili di Kab.Sikka untuk menempuh pendidikan tingkat SLTA maupun perguruan Tinggi yang ada di Maumere Kab.Sikka.
kaum Muda asal Ngada ini peduli dengan situasi yang terjadi di Sikka terutama masalah /dampak minuman tradisional lokal ( MOKE ). Selain menyoroti tentang langkah yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penertiban minuman Tradisional Lokal ( Moke ) juga berdiskusi tentang dampak negatif dari konsumsi moke itu sendiri.
Dalam diskusi tersebut kaum muda diajak menyampaikan pandangan mengenai dampak dari peredaran dan konsumsi moke oleh warga sekaligus memberikan masukan tentang bagaimana tradisi ini bisa tetap dilestarikan tanpa menimbulkan dampak sosial ekonomi, hukum dan kesehatan.
Aspirasi yang muncul beragam: yaitu perlunya dialog dengan masyarakat, meminta pendapat masyarakat mengenai kebijakan, agar keputusan yg berujung pada tindakan hukum benar-benar adalah juga suara dari masyarakat, Suara masyarakat perlu didengarkan, sebagian menekankan pentingnya menjaga moke sebagai identitas budaya,sumber pendapatan ekonomi, sementara lainnya menyoroti perlunya regulasi yang jelas oleh pemda sikka agar tidak disalahgunakan, sebagiannya menyoroti pihak kepolisian fokus pada penertiban dan penindakan kepada konsumen moke yang tidak pada tempatnya dan berlebihan.
Ketua Imada ( Ikatan Mileniel Asal Ngada ) FLORIANUS DHIKA menuturkan: bicara soal Moke selain sebagai identitas budaya, juga banyak keluarga yang menggantungkan pendapatannya dari hasil produksi moke, karena itu kami berharap penertiban tidak bisa langsung menyasar pada produsen lokal melainkan difokuskan pada pola distribusi dan konsumsi yang salah agar tidak menimbulkan kontroversi atau persoalan yang baru.
.*kami sangat mendukung langkah Polres sikka untuk menertibkan dan menindak secara tegas bagi yang mengkonsumsi Moke tidak pada tempatnya seperti di tempat umum karena itu sangat mengganggu ketertiban umum dan rawan terjadi tindakan kekerasan seperti pemalakan, penganiayaan dan pelanggaran hukum lainnya". Jelas ketua Imada.
"kami juga berharap agar pihak polres sikka mempertimbangkan lagi untuk mengambil tindakan hukum sampai ke tempat produksi moke karena akan menimbulkan reaksi dari masyrakat." tambah ketua Imada.
Kapolres Sikka AKBP BAMBANG SUPENO ,S.I.K melalui Kasi Humas Polres Sikka IPDA LEONARDUS TUNGA,S.M dalam dialoq dengan kaum muda asal Ngada menegaskan bahwa pihak kepolisian tidak bermaksud mematikan tradisi, melainkan mencari solusi dan jalan tengah. “Terkait operasi penertiban minuman beralkohol, tentu ada yang pro dan kontra. Karena itu kami membuka ruang dialog agar semua pihak bisa menyampaikan aspirasi,” ujar Kasi Humas dalam pertemuan dengan kaum muda Imada.
"Kami Juga mendorong masyarakat untuk mengelola bahan dasar Moke ini menjadi makanan atau minuman yang lebih sehat dan higienis, selain diproduksi untuk keperluan adat dan budaya." Tambah Leonardus.
Kegiatan yang dilakukab oleh Pihak Polres Sikka mengandung beberapa makna :
*Pendekatan humanis: Polres Sikka memilih jalur dialog ketimbang penindakan semata.
*Pelibatan kaum muda: Generasi muda dianggap sebagai agen perubahan yang mampu menjaga tradisi sekaligus mendorong inovasi regulasi.
*Solusi berimbang: Aspirasi masyarakat akan menjadi dasar rekomendasi kebijakan, sehingga moke tetap dihargai sebagai warisan budaya, namun tidak menimbulkan dampak negatif.
Dengan langkah ini, Polres Sikka berharap terciptanya sinergi antara aparat penegak hukum, pemerintah dan masyarakat dalam mengelola minuman tradisinal Moke secara baik.
( Humas Polres Sikka )


