Manisnya Perubahan di Desa Benu: Dari Sopi ke Gula Lempeng, Warga Hidup Lebih Tenang dan Sejahtera

Pengrajin gula merah : "menceritakan perubahan besar dalam hidupnya sejak beralih dari pembuat sopi menjadi pengrajin gula merah"

Manisnya Perubahan di Desa Benu: Dari Sopi ke Gula Lempeng, Warga Hidup Lebih Tenang dan Sejahtera
Kabid Humas Polda NTT bersama pengrajin Gula di Desa Benu,Kec.Takari,Kab.Kupang. Gambar diambil pada Senin (10/11/2025) oleh Tim Redaksi

Tribratanewssikka-Maumere

10-11-2025,

Takari, 10 November 2025 — Di sebuah pondok sederhana di Dusun 3, Desa Benu, Kecamatan Takari, aroma manis gula lempeng tercium semerbak. Di sana, Mama Maria Aoetpah, warga binaan Bhabinkamtibmas Desa Benu, tampak sibuk mengaduk cairan nira di atas tungku besar. Dengan tangan cekatan dan senyum yang ramah, ia menceritakan perubahan besar dalam hidupnya sejak beralih dari pembuat sopi menjadi pengrajin gula merah.

“Sekarang kami kerja tenang, tidak takut lagi dikejar polisi,” ujarnya sambil menuang adonan nira ke dalam cetakan.

 

Dulu, masyarakat Desa Benu memanfaatkan nira lontar untuk membuat sopi — minuman keras tradisional yang menjadi sumber penghasilan, tapi juga kerap menimbulkan masalah sosial. Kini, berkat pendampingan Bripka Gede Suta, Bhabinkamtibmas Desa Benu, warga mulai mengubah arah usaha mereka menjadi produksi gula merah atau gula lempeng, yang jauh lebih bernilai ekonomis dan menenangkan hati.

“Kalau buat sopi itu, satu drum nira butuh empat jerigen bimoli (5 liter) gula air, tapi hasilnya cuma cukup untuk kebutuhan harian. Sedangkan kalau nira itu diolah jadi gula lempeng, dari satu jerigen bimoli bisa menghasilkan seratus lebih lempeng gula. Hasilnya jauh lebih besar,” tutur Mama Maria dengan semangat.

 

Ia mengaku kini hidup jauh lebih damai dibanding masa-masa saat masih membuat sopi.

 

“Dulu kalau jual sopi itu selalu takut, sering dikejar-kejar waktu polisi datang operasi. Sekarang kalau jual gula lempeng, tenang. Biar polisi lewat, kita malah kasih mereka gula manis buat cicip,” katanya sambil tertawa kecil.

 

Sejak tahun 2019, Bripka Gede Suta aktif membina warga Desa Benu dengan pendekatan humanis dan edukatif. Ia tidak datang untuk menindak, tetapi untuk memberikan alternatif usaha yang lebih menguntungkan dan legal.

 

“Saya hadir di sini bukan untuk melarang, tapi untuk mengubah pola pikir masyarakat. Kalau nira diolah jadi gula lempeng, nilainya lebih tinggi dan dibutuhkan setiap hari. Sedangkan sopi hanya laku saat acara tertentu,” jelas Bripka Gede Suta saat ditemui di lokasi.

 

Kini, berkat kerja keras dan pendampingannya, banyak keluarga di Desa Benu yang telah menikmati hasil manis perubahan tersebut.

 

“Dulu rumah Mama beratap daun, sekarang sudah bisa bangun rumah tembok dari hasil gula lempeng,” ungkap Bripka Gede Suta bangga melihat perkembangan warganya.

 

Selain meningkatkan perekonomian, inovasi ini juga membantu menekan peredaran minuman keras di wilayah Takari. Hubungan masyarakat dan polisi kini jauh lebih harmonis.

 

“Kalau dulu polisi datang bikin takut, sekarang datang bantu jual gula,” ujar Mama Maria sambil tersenyum.

 

Dari tangan-tangan sederhana warga Desa Benu, lahirlah manisnya perubahan. Usaha gula lempeng kini bukan sekadar sumber penghasilan, tapi simbol harapan baru — bukti bahwa bimbingan yang tulus dapat mengubah kebiasaan menjadi kesejahteraan.

 

“Kalau dulu sopinya bikin masalah, sekarang gula merahnya bikin sejahtera,” tutup Bripka Gede Suta penuh arti.

( Humas Polres Sikka )